Kepada ia yang pernah melukiskan cintanya dihatiku
Kepada ia yang pernah menorehkan luka disaat yang sama dengan datangnya cinta
Ya, aku yakin, jika suatu saat ia membaca tulisanku, mungkin ia tak akan pernah mengerti akan hati seorang perempuan sepertiku.
Saat cinta harus mengalah pada logika, saat cinta harus tertampar oleh realita
Semua tak pernah berjalan dengan mudah, hanya datang dan membawa luka.
Aku tidak pernah memaksa cinta untukmu, hai pria!
Aku tidak pernah memaksa mimpiku untuk kau jadikan nyata, hai pria!
Tapi aku pun punya harap, aku punya cita, tak hanya  tentang cinta.
Pernahkah kau coba untuk memahami segala kenyataan yang ada?
Bahwa aku, kamu dan cinta hanyalah sebuah fatamorgana.
Ia membuat kita melihat surga pelepas dahaga, semakin kita mendekat, semakin ia terlihat tak ada. Sesakit itulah kita. Seperih itulah semua tentang kita.
Aku tahu, tak mudah memang memaksakan keadaan yang jelas-jelas berkemungkinan sangat kecil untuk bisa bersama, walau demi apapun.
Tapi aku memegang keyakinan itu. Keyakinan bahwa, memang Tuhan lah yang memberikan kita jodoh dan pasangan. Tuhanlah yang mengatur semua jodoh kita. Tapi apa kau juga tahu? Bahwa untuk tetap berjodoh itu adalah pilihan kita sendiri.